MANAJEMEN KESEHATAN UDANG PADA PEMBESARAN UDANG VANNAMEI [ LITOPENAEUS VANNAMEI] SECARA INTENSIF DI PT ANDULANG SHRIMP - FARM, KABUPATEN SUMENEP-MADURA, PROVINSI JAWA TIMUR

Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas ekspor
unggulan dalam budidaya perikanan. Menurut data dari Pustadin KKP (2018), pada tahun
2016-2017 volume produksi Udang Vannamei mengalami peningkatan hingga 227..419 ton.
Hal ini dikarenakan budidaya Udang Vannamei dapat dilakukan dengan padat tebar tinggi,
ahan terhadap infeksi patogen, serta harganya yang kompetitif. Meskipun jumlah komoditas
udang yang diekspor terus mengalami peningkatan, pada proses budidaya udang masih
banyak kendala yang sangat menentukan keberhasilan budidaya tersebut. Upaya yang
dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan pada sistem budidaya intensif yaitu dengan
menerapkan manajemen pakan, manajemen kualitas air, dan manajemen kesehatan udang
yang meliputi monitoring pertumbuhan, monitoring secara makroskopis dan monitoring
secara mikroskopis (Yustianti, 2013).
Udang yang sehat harus memiliki syarat kesehatan yang bebas dari penyakit
patogen seperti (virus, bakteri, dan parasit), diperoleh dari benur berkualitas baik yang
dibuktikan dengan sertifikat SPF (Specific Pathogen Free), tidak cacat, anggota tubuh
engkap, aktivitas renang udang normal, dan warna udang cerah. Sedangkan udang yang
sakit menunjukkan gejala nafsu makan menurun, aktivitas renang tidak terkontrol, bobot
udang relatif rendah (under size), warna tubuh pucat, dan pada bagian tubuh mengalami
nekrosis (Badan Standarisasi Nasional, 2006).
Tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek Akhir (KPA) adalah untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dan keterampilan tentang monitoring kualitas air pada kegiatan pembesaran
Udang Vannamei, dan mengetahui hubungan antara pakan dan kualitas air terhadap
pertumbuhan. Kegiatan Kerja Praktek Akhir dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2021
sampai 7 Mei 2021 di PT Andulang Shrimp Farm Sumenep Madura, Jawa Timur. Metode
pelaksanaan KPA adalah survey dan magang. Sumber data yang akan diambil yaitu data
primer meliputi data pengelolaan kualitas air, frekuensi pemberian pakan, dan monitoring
kesehatan udang. Data sekunder yang diperoleh dari literatur seperti buku jurnal dan
aporan proses kegiatan manajemen kesehatan udang, kedaan umum lokasi, dan sejarah
berdirinya PT. Andulang Shrimp Farm. Teknik pengumpulan data yang diambil yaitu meliputi
rekuensi pemberian pakan, monitoring kualitas air (suhu, DO, salinitas, alkalinitas, pH, dan
otal bakteri), monitoring kesehatan Udang Vannamei meliputi (monitoring pertumbuhan
secara makroskopis dan mikroskopis). Data yang diperoleh dalam Kerja Praktek Akhir ini
akan diolah dan dianalisis secara kualitatif (deskriptif), kuantitatif, dan regresi.
Pakan yang digunakan adalah merk Tongwei dengan kandungan protein yang
berkisar antara 35-38 %. Jenis pakan yang diberikan yaitu Crumble dan Pellet disesuaikan
dengan bukaan mulut udang. Pakan disimpan dalam gudang pakan dengan menerapkan
sistem first In first out. Frekuensi pemberian pakan diberikan sebanyak 2-5 kali sehari
disesuaikan dengan nafsu makan dan DOC udang. Cara pemberian pakan dilakukan secara
manual dan automatic feeder.
Parameter fisika yang diukur meliputi suhu dan salinitas. Monitoring suhu dilakukan
pada pagi dan malam. Hasil pengukuran suhu pagi dan malam yang terukur di petakan
ambak C2 dan C3 berkisar antara ( 26,4 ̊ C – 30,2 ̊ C ). Sedangkan salinitas yang terukur
pada petakan tambak C2 dan C3 berkisar antara 24 – 27 ppt.
Parameter kimia yang diukur meliputi DO, pH, dan alkalinitas. Pengukuran DO
dilakukan pada pagi dan malam. DO pagi didapatkan hasil pada petak C2 dan C3 berkisar
antara 4,32 – 5,83 ppm, sedangkan DO malam berkisar antara 4,40 – 5,67 ppm. pH harian pagi di petakan tambak C2 dan C3 berkisar antara 7,6 – 8,1. Sedangkan pada sore hari
didapatkan hasil pengukuran berkisar antara 7,8 – 8,4. Hasil pengukuran alkalinitas pada
petak C2 dan C3 berkisar antara 103 – 142 ppm.
Parameter biologi yang dikukur meliputi bakteri. Pada petakan C2 untuk TVC
berkisar antara 2.400 – 20.000 cfu/ml dan TBC berkisar antara 13.000 – 280.000 cfu/ml.
Sedangkan di petakan tambak C3 untuk TVC berkisar antara 1.700 – 27.000 cfu/ml dan
TBC berkisar antara 22.000 – 330.000 cfu/ml.
Monitoring kesehatan secara makroskopis meliputi pengamatan visual, ADG, dan
MBW. Rentang nilai ADG pada petak C2 dari sampling ke 1 – 6 (DOC 1 – 60) adalah 0 –
0.48, sedangkan rentang nilai ADG di petak C3 dari sampling ke 1 – 6 (DOC 1 – 60) adalah
0 – 0.35. Rentang nilai MBW di petakan tambak C2 dari sampling ke 1 – 6 (DOC 1 – 60)
adalah 0,13 – 13,90 gram, sedangkan rentang nilai MBW di petakan tambak C3 dari
sampling ke 1 – 6 (DOC 1 – 60) adalah 0,13 – 13,36 gram.
Monitoring kesehatan secara mikroskopis dilakukan pengamatan pada organ
hepatopankreas. Pada pengamatan organ hepatopankreas diamati mikrofili, lemak (lipid),
dan nekrosis. Mikrofili yang bagus dimana tidak adanya nekrosis, hal ini dapat dijadikan
indikasi bahwa udang memiliki imunitas yang baik. Pengamatan lemak (lipid) dapat dijadikan
indikasi bahwa udang dapat menyerap nutrisi pakan. Pengamatan nekrosis dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya peradangan luka pada hepatopankreas.
Analisa regresi linier berganda dengan uji F dan uji T yang dilakukan dengan
software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 20.0. dengan menggunakan
variabel independent (X) meliputi parameter kualitas air dan pakan serta variabel dependen
(Y) meliputi nilai pertumbuhan didapatkan hasil bahwa pada petakan tambak C2 dan C3
terdapat hubungan antara kualitas air dan pakan terhadap pertumbuhan. Dari tujuh variabel
independent (X) hanya variabel DO, pH, total bakteri, dan pakan yang memiliki keeratan
hubungan yang tinggi terhadap nilai pertumbuhan Udang Vannamei.

v