PENGARUH KONDISI HEPATOPANKREAS TERHADAP KESEHATAN UDANG VANAME [LITOPENAEUS VANNAMEI] DI PT LOMBANG SUMBER REJEKI SUMENEP MADURA

FAWWAZ, ICHIRO EVAN (2021) PENGARUH KONDISI HEPATOPANKREAS TERHADAP KESEHATAN UDANG VANAME [LITOPENAEUS VANNAMEI] DI PT LOMBANG SUMBER REJEKI SUMENEP MADURA. Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo, Sidoarjo. (Unpublished)

[thumbnail of KIPA_ICHIRO EVAN FAWWAZ.pdf] Text
KIPA_ICHIRO EVAN FAWWAZ.pdf
Restricted to Registered users only

Download (5MB)

Abstract

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan jika volume
ekspor pada udang tahun 2019 mencapai 207,704 ton, yang meningkat dari
tahun sebelumnya yaitu 197,433 ton. Maka dari itu pentingnya meningkatkan
produktifitas budidaya udang di indonesia untuk memenuhi kebutuhan ekspor.
Kendala yang sering dialami para pembudidaya yaitu berkaitan dengan berbagai
penyakit yang dapat menginfeksi udang. Manajemen kesehatan udang
merupakan tindakan yang paling tepat guna mencegah terjadinya suatu infeksi
penyakit pada udang.
Pada manajemen kesehatan udang dilakukan pemantauan untuk
mengetahui kondisi komoditas udang vaname, dengan beberapa parameter
pengujian sebagai penentuan kesehatan udang yaitu pengamatan ektoparasit
dan necrosis pada ekor, kaki, insang, pengamatan gregarin pada feses dan
hepatopankreas. Pengamatan organ hepatopankreas memiliki peran paling
penting, karena memiliki penilaian skor paling tinggi dari parameter kesehatan
udang lainnya. Hepatopankreas merupakan organ penting pada udang yang
sangat peka terhadap perubahan kondisi lingkungan terutama pada media tidak
sehat (Rijal, 2011).
Maksud pelaksanaan Kerja Praktek Akhir adalah mengikuti kegiatan
budidaya udang vaname mencakup pengujian kesehatan udang dan melakukan
analisa kondisi terhadap organ hepatopankreas. Adapun tujuan pelaksanaan
Kerja Praktek Akhir (KPA) yaitu mengetahui pelaksanaan kegiatan budidaya
pembesaran udang vaname yang produktif, memiliki ketrampilan manajemen
kesehatan udang, dan menambah ketrampilan analisa kondisi hepatopankreas.
Pelaksanaan Kerja Praktek Akhir (KPA) dilaksanakan di PT. Lombang
Sumber Rejeki pada tanggal 1 Maret 2021 hingga 7 Mei 2021. Adapun metode
yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek Akhir (KPA) adalah
metode deskriptif. Menurut Suryabrata (2003), metode deskriptif adalah suatu
metode yang menggambarkan keadaan atau kejadian pada suatu daerah
tertentu. Data tersebut dapat menggambarkan suatu keadaan yang dapat
menyimpulkan suatu permasalahan supaya dapat mengetahui tindakan
selanjutnya yang dilakukan. Kegiatan pelaksanaan Kerja Praktek Akhir (KPA)
yaitu manajemen pakan dan manajemen kesehatan udang.
PT. Lombang Sumber Rejeki terletak di Dusun Barumbung Desa
Lombang Kecamatan Batang Batang Kabupaten Sumenep. Sumber air yang
digunakan di PT. Lombang Sumber Rejeki berasal dari air laut dan sumur bor.
Sumber air laut berasal dari pantai utara laut jawa dengan pipa 10 dim dengan
jarak 400 meter ke laut. Tambak ini resmi berproduksi pada tahun 2016. PT.
Lombang Sumber Rejeki merupakan perusahaan yang beroperasi dalam jenis
usaha pembesaran udang vaname secara intensif.
Pakan yang diberikan pada udang adalah merk Tongwei. Pakan diberikan
5 kali setiap harinya, waktu pemberian pakan yaitu pada pukul 06.00, 10.00,
14.00, 18.00 dan 22.00. Program pakan yaitu diterapkan dengan program blind
feeding dilanjutkan dengan program anco feeding. Setelah pemberian pakan
dilakukan pengamatan nafsu makan udang pada petakan dengan cara
pengecekan anco sebanyak 4 kali setiap hari. Pemberian pakan atau
pertambahan pakan pada hari berikutnya mempertimbangkan berbagai hal yaitu
nafsu makan udang, target ADG (Average Daily Growth), beban kualitas air dan
kondisi hepatopankreas. Pengujian hepatopankreas berfokus pada nilai kerut, indikator yang
mempengaruhi nilai kerut yaitu lipid, necrosis, microfili, dan gregarin. Lipid
digunakan sebagai penentuan nilai kerut dan kosong pada hepatopankreas
udang. Nilai lipid dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kondisi necrosis, microfili,
dan gregarin. Nilai rata rata necrosis pada ketiga petak dari DOC 10 hingga 50,
memiliki tingkat yang sama yaitu dengan presentase 30%. Necrosis yang terjadi
pada petak D15 dan D17 diduga diakibatkan oleh drop plankton BGA dan
Dynoflagellata yang menghasilkan toksit. Berbeda masalah yang dialami pada
petak D16 yang memiliki populasi vibrio yang lebih tinggi daripada petak lain.
Pada petak D15 memiliki kondisi microfili paling bagus yaitu 70%, maka
dari itu kondisi lipid yang ada pada petak d15 juga lebih bagus daripada petak
lainnya. Pada kondisi microfili yang bagus penyerapan makan akan semakin
baik, adapun fungsi lain dari microfili yaitu selaput yang menampung lipid.
Gregarin pada petak D15 dan D17 memiliki nilai yang sama yaitu 70%, namun
nilai microfili dari D17 yaitu 60% lebih rendah dari D15, adapun gregarin yang
memiliki sifat memakan lipid yang mengakibatkan lipid pada D17 lebih sedikit
daripada D15. Pada petak D16 dan D17 memiliki nilai lipid yang sama yaitu 30%
dikarenakan meskipun kondisi microfili pada D16 paling buruk namun gregarin
yang ada pada D16 lebih sedikit daripada D17 sehingga lipid akan semakin baik
karena minimnya gregarin.
Nilai kerut pada masing masing petak mengalami peningkatan dari
penurunan pada setiap DOC nya. Pada petak D15 dan D17 mengalami kenaikan
nilai kerut yang drastis pada DOC 30 ke 40 dan mengalami penurunan pada
DOC berikutnya. Pada D16 miliki kenaikan secara bertahap sampai ke DOC 40
dan penurunan hingga di DOC berikutnya.
Pada pelaksanaan kegiatan budidaya pembesaran udang vaname di PT.
Lombang Sumber Rejeki memiliki produktifitas yang tinggi dibuktikan dengan rata
rata target ADG yang terpenuhi dari petak D15, D16 dan D17, berturut turut yaitu
117%, 104%, dan 109%. Hasil estimasi FCR dan SR berturut turut pada petak
D15 (1,28 dan 90%), petak D16 (1,34 dan 94%), dan petak D17 (1,28 dan 87%).
Kegiatan manajemen kesehatan udang ditunjang dengan melaksanakan
pemantuan kesehatan udang yang dilakukan di laboratorium meliputi
pengamatan ektoparasit dan necrosis pada ekor, kaki, insang, pengamatan
gregarin pada feses dan mikroskopis organ hepatopankreas
Berdasarkan analisa yang dilaksanakan kondisi hepatopankreas
memberikan indikasi tentang pakan udang yang secara langsung mempengaruhi
pertumbuhan udang. Pada petak D15 dan D17 meningkatnya nilai kerut pada
hepatopankreas merupakan dampak dari drop dominasi BGA dan dynoflagellata.
Adapun petak D16 terjadi necrosis hepatopankreas akibat populasi vibrio yang
tinggi. Dalam hal ini udang masih tergolong sehat karena kondisi
hepatopankreas masih tergolong baik.

Item Type: Other
Subjects: S Agriculture > SH Aquaculture. Fisheries. Angling
Depositing User: Unnamed user with email admin@poltekkpsidoarjo.ac.id
Date Deposited: 08 Aug 2025 05:11
Last Modified: 08 Aug 2025 05:11
URI: https://repository.poltekkpsidoarjo.ac.id/id/eprint/203

Actions (login required)

View Item
View Item