Manajemen Kesehatan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) pada Budidaya Udang Intensif di CV. Muara Mas Abadi Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur

NUR IKMALA, ZULFIA (2022) Manajemen Kesehatan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) pada Budidaya Udang Intensif di CV. Muara Mas Abadi Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo, Sidoarjo. (Unpublished)

[thumbnail of KIPA (ZULFIA NUR IKMALA).pdf] Text
KIPA (ZULFIA NUR IKMALA).pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Perkembangan budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di
Indonesia semakin pesat. Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan
salah satu komoditas utama ekspor unggulan dalam budidaya perikanan
Indonesia. Menurut data dari Pustadin KKP (2018), pada tahun 2016-2017 volume
produksi Udang Vannamei mengalami peningkatan hingga 227.419 ton. Hal ini
dikarenakan selain harganya yang kompetitif, sistem produksi yang dapat
dilakukan secara masal serta dengan padat tebar tinggi. Menurut Suwono (2016),
ada tahun 2017 kontribusi nilai ekspor Udang Vannamei terhadap nilai ekspor
perikanan mencapai 27%. Rata-rata nilai ekspor Udang Vannamei periode 2012-
2017 mengalami peningkatan sebesar 10,4 % per tahun.

Kendala yang dihadapi selama budidaya udang vannamei (Litopenaeus
vannamei) menjadi faktor kerugian bagi pembudidaya, salah satunya yaitu
serangan penyakit patogen yang menyebabkan kematian dan pertumbuhan udang
tidak maksimal. Menurut Nababan (2015), terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) yaitu
kualitas air yang baik, pengendalian penyakit, penganangan penyakit, status
nutrisi udang, dan biosekuritas. Namun pada sistem budidaya secara intensif
masih terdapat beberapa kendala yang sangat menentukan keberhasilan
budidaya yaitu menejemen pakan, manajemen kualitas air, dan manajemen
kesehatan udang.

Maksud dari Kerja Praktek Akhir ini adalah untuk mempelajari serta
meningkatkan kemampuan diri dalam kegiatan Manajemen Kesehatan Udang
Vannamei (Litopenaeus vannamei) pada Budidaya Udang Intensif. Kegiatan Kerja
Praktek Akhir (KPA) ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
kualitas air terhadap kesehatan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), untuk
mengetahui pengaruh biosekuritas terhadap kesehatan Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei), dan untuk monitoring kesehatan udang vannamei
(Litopenaeus vannamei) secara makroskopis dan mikroskopis.

Menurut Reni dkk (2014), pengelolaan budidaya udang dilakukan secara
terencana melalui beberapa tahapan-tahapan budidaya yang sesuai dengan
sistem budidaya agar meningkatkan produktivitas tambak budidaya. Beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya udang antara lain sumber air,
jenis tambak, suplai oksigen terlarut, pemilihan benur, pemilihan pakan, dan
pemeliharaan tambak budidaya. Kualitas air tambak memegang peranan penting
dalam kegiatan budidaya karena dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan
kondisi kesehatan udang.

Menurut Badan Standarisasi Nasional (2006), udang sehat yang diproduksi
harus memiliki syarat kesehatan yang bebas dari penyakit patogen yang
membahayakan diantaranya penyakit Taura Syndrome Virus (TSV), Yellow Head
Virus (YHV), Early Motility Syndrome (EMS), White Spot Syndrome Virus (WSSV),
Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV), dan Infectious
Myo Necrosis Virus (IMNV), bebas dari penyakit bakteri dan parasit, bebas dari
nekrosis, pergerakan udang aktif, memiliki anggota tubuh yang lengkap, tidak
cacat, warna kulit cerah, ekor utuh, isi usus penuh tidak terputus-putus, insang
yang bersih, dan tidak bengkak.

Kerja Praktek Akhir ini dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2022 sampai 1
Juli 2022 di tambak budidaya CV. Muara Mas Abadi kabupaten Banyuwangi, Jawa
Timur.

Metode yang digunakan dalam Kerja Praktik Akhir (KPA) ini adalah survei
dan magang dengan menggabungkan antara pengamatan dan mengikuti kegiatan
secara langsung di lapangan selama melaksanakan praktek di berbagai unit/lokasi
yang telah ditentukan perusahaan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang
digunakan pada Kerja Praktek Akhir (KPA) ini adalah metode observasi, partisipasi
aktif, wawancara, dan dokumentasi.

Monitoring kualitas air dilakukan secara rutin untuk mengetahui kondisi
media pemeliharaan udang. Monitoring kualitas air dilakukan secara langsung di
petakan tambak dan dilakukan pengujian di laboratorium. Parameter kualitas air
yang dilakukan pengujian meliputi parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter
fisika yang diamati meliputi suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut, dan kecerahan.
Parameter kimia yang diamati meliputi nitrit, phospat, alkalinitas, dan TOM (Tottal
Organic Matter). Parameter biologi yang diamati yaitu jumlah bakteri, dan
pengamatan plankton.

Parameter fisika yang diukur meliputi suhu, salinitas, dan kecerahan.
Monitoring suhu dilakukan pada pagi dan malam. Hasil pengukuran suhu pagi dan
malam yang terukur pada petak A7 dan C3 berkisar antara ( 26,4 ̊ C – 30,2 ̊ C ).
Salinitas pada petakan C2 dan C3 berkisar antara 24 – 34 ppt. Sedangkan nilai
kecerahan rata-rata yang diperoleh dari tambak yaitu 30-60 cm.

Parameter kimia yang diukur meliputi pH, alkalinitas, Tottal Organic Matter
(TOM), dan DO. Pengukuran pH harian petak A7 dan C3 pada pagi dan sore hari
didapatkan hasil pengukuran pH pagi berkisar antara 7,6 – 8,4 sedangkan pada
sore hari berkisar antara 7,8 – 9. Hasil pengukuran alkalinitas pada petak A7 dan
C 3 berkisar antara 110 – 148 mg/L (ppm). Total Tom yang diperoleh berkisar
Antara 87,22 – 121,34 mg/L. Hasil pengukuran DO pagi berkisar 4, 32 - 5,83 ppm,
dan pada malam hari DO berkisar antara 4,40 – 5,67 ppm.

Parameter biologi yang dikukur meliputi bakteri. Pada petakan A7 untuk
TVC berkisar antara 1.800 – 7.120 cfu/ml dan TBC berkisar antara 12.200 –
107.200 cfu/ml. Sedangkan di petakan tambak C3 untuk TVC berkisar antara
370 – 5120 cfu/ml dan TBC berkisar antara 15.700 – 128.800 cfu/ml.

Monitoring kesehatan udang secara makroskopis dilakukan dengan
melihat gerakan udang aktif, melihat tubuh udang berwarna bening transparan,
bersih, licin, dan tidak adanya organisme yang menempel, melihat tubuh udang
tidak keropos dan anggota tubuh lengkap, melihat warna feses/kotoran udang,
melihat
insang udang
jernih atau putih bersih (tidak adanya
kotoran/mikroorganisme yang menempel), dan melihat isi usus penuh atau tidak
(terputus-putus).
Pengamatan mikroskopis dilakukan dengan bantuan mikroskop untuk
mengamati kondisi kesehatan udang. Pengamatan yang dilakukan secara
mikroskopis yaitu pengamatan hepatopankreas, insang, isi usus atau feses,
karapaks, kaki, dan ekor udang.

Udang yang sehat terlihat warna tubuh udang bening transparan, isi usus
penuh, badan tidak melengkung, morfologi lengkap, mata terlihat segar atau tidak
pucat, dan udang masih berbau amis segar. Berbeda halnya dengan gambar
udang yang tidak sehat menunjukkan bahwa tubuh udang sudah pucat berwarna
putih susu serta tidak bening, tubuhnya melengkung dan kaku, morfologi udang
tidak lengkap (kaki jalan dan kaki renang sudah putus), mata udang terlihat pucat,
kaki jalan berwarna merah dan bau udang sudah mulai membusuk.

Hepatopankreas yang bagus adalah hepatopankreas yang memiliki
glikogen yang penuh, tidak berkerut, serta memiliki kandungan lemak yang cukup,
Lipid yang berjumlah sedikit dapat dijadikan indikator bahwa udang tidak dapat
menyerap nutrisi pakan dengan baik dan dapat dikatakan bahwa udang sedang
mengalami penurunan sistem imun. Udang yang menunjukkan lipid medium
artinya terdapat sedikit nekrosis pada selaput mikrofili. Udang dengan lipid yang
memenuhi selaput mikrofili dapat dijadikan indikator bahwa kondisi udang sangat
baik serta udang dapat menyerap nutrisi pakan.. Pada karapaks, insang, kaki, dan
ekor tidak mengalami nekrosis maupun terdapat lumut dan zoomtamnium.



Dari Hasil Kerja Praktek akhir dapat disimpulkan bahwa Monitoring kualitas
air di petak A7 dan C3 dengan parameter fisika meliputi suhu, salinitas dan
kecerahan. Sedangkan parameter kimia meliputi DO, pH, alkalinitas, dan TOM,
serta parameter biologi meliputi bakteri. Secara keseluruhan hasil pengukuran
kualitas air dikategorikan baik dan tergolong normal sesuai dengan SNI
8037.1.2014. Proses persiapan lahan yang baik, monitoring kualitas air, serta cek
kesehatan udang secara berkala sangat berpengaruh terhadap kesehatan udang
serta keberlangsungan hidup udang.



Saran yang dapat diberikan setelah melaksanakan kegiatan KPA di CV.
Muara Mas adalah dalam penerapan biosecurity yang perlu ditingkatkan dan
diperhatikan agar dapat selalu mempertahankan dan meningkatkan kualitas
produksi udang dengan memperhatikan SOP dan standar kualitas air serta
lingkungan sehingga kesehatan udang tetap terjaga.

Daftar Pustaka

Badan Standarisasi Nasional. 2006. Benih Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei) Kelas Benih Sebar. SNI No. 01-7252:2006. Badan Standarisasi
Nasional (BSN). Jakarta.

Nababan. 2015. Pemeliharaan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Dengan
Presentase Pemberian Pakan Berbeda. Berita Biologi 14(3) : 267-275.

Pustadin KKP. 2018. Produksi Perikanan dan Kelautan Satu Data-Kementerian
Kelautan dan Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Reni, A., M. N. Nessa, dan S. Made. 2014. Pola kemitraan pembudidaya udan

Item Type: Other
Subjects: S Agriculture > SH Aquaculture. Fisheries. Angling
Depositing User: Unnamed user with email admin@poltekkpsidoarjo.ac.id
Date Deposited: 12 Aug 2025 01:46
Last Modified: 12 Aug 2025 01:46
URI: https://repository.poltekkpsidoarjo.ac.id/id/eprint/274

Actions (login required)

View Item
View Item