SETYAFANI, IQBAAL LAMBANG (2022) TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) SECARA INTENSIF DI CV. SUMBER LAUTAN REJEKI KECAMATAN BLIMBINGSARI KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR. Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo, Sidoarjo. (Unpublished)
![[thumbnail of 16. IQBAAL LAMBANG SETYAFANI ok.pdf]](https://repository.poltekkpsidoarjo.ac.id/style/images/fileicons/text.png)
16. IQBAAL LAMBANG SETYAFANI ok.pdf
Restricted to Registered users only
Download (2MB)
Abstract
Budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Indonesia sudah berkembang dengan pesat dan menjadi andalan utama ekspor hasil budidaya perikanan untuk mendatangkan devisa negara. Menurut Argina et al. (2013), Udang juga merupakan komoditas unggulan ekspor perikanan nasional, selama 5 (lima) tahun terakhir (2013 -2017) BPS mencatat tumbuh rata-rata 6,43 persen. Berdasarkan catatan KKP, volume ekspor udang hingga akhir tahun 2018 ini diyakini mampu mencapai180 ribu ton naik dari 147 ribu ton pada tahun 2017. Sedangkan nilai ekspor naik dari USD 1,42 milyar menjadi USD 1,80 milyar.
Maksud dari pelaksanaan Kerja Praktik Akhir (KPA) ini adalah ikut serta dalam kegiatan pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei) secara intensif di CV. Lautan Sumber Rejeki meliputi persiapan tambak, pemeliharaan hingga panen dan pasca panen.
Kerja praktik akhir dilaksanakan pada tanggal 21 Maret – 1 Juli 2022. Di tambak udang sistem intensif CV. Lautan Sumber Rejeki Kecamatan Blimbingsari Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Kerja Praktik Akhir ini adalah survey dan magang. Survey dilakukan dengan cara wawancara secara pribadi kepada teknisi, asisten teknisi, dan lab terkait bagaimana pelaksanaan budidaya udang di PT. Lautan Sumber Rejeki. Magang adalah kegiatan menerapkan ilmu yang didapat selama pendidikan kedalam lingkungan kerja.
Persiapan air dilakukan dengan penyemprotan terlebih dahulu dengan menggunakan air laut pada kincir dan kolam supaya bersih dari kotoran sisa panen. Pengisian kolam dilakukan dengan menggunakan pompa, air laut disedot masuk kedalam kolam sampai ketinggian 140 cm. Selanjutnya proses strerilisasi dengan menggunakan BKC (konsentrasi 80%) sebanyak 10 ppm yang bertujuan untuk desifektan. Setelah itu pemberian CuSO4 sebanyak 3 ppm yang berfungsi sebagai pembunuh hewan jenis kerang-kerangan. Keesokan harinya strerilisasi menggunakan Bestacide 10 ppm untuk membunuh Crustacea liar. Penebaran Benur diawali dengan mengapungkan kantung benur selama
15 – 20 menit yang bertujuan untuk aklimatisasi lalu dilanjutkan dengan aklimatisasi pH dan salinitas menggunakan Conicle Tank sambil diberi aerasi. Petak D7 memiliki kecerahan awal 100 cm tetapi pada DOC 40 kecerahan
D7 menurun menjadi 25 cm. Hal ini disebabkan karena bahan organik pada perairan tinggi. Selanjutnya pada petak D12 kecerahan turun drastis pada DOC 20 yang mencapai 45 cm. Hal ini tidak sependapat dengan Ariadi et.al (2021) bahwa kecerahan optimal untuk budidaya udang vannamei yakni berkisar 30-40 cm. Pengukuran pH air sangat bervariasi dengan kisaran pH pada petak D7 berawal dari 10, lalu berangsur-angsur turun sampai pada nilai 7,5. Fluktuasi pH mendapat nilai rata-rata sebesar 0,3. Sedangkan petak D12 berkisar antara 7,8 – 8,9. fluktuasi pH pada petak D12 mendapatkan nilai rata-rata sebesar 0,3. DO pada petak D7 dan D12 memiliki tingkat nilai yang mencukupi bagi kehidupan udang. Terlihat pada saat DOC 60, petak D12 sempat mengalami penurunan pada nilai 4,3 ppm dan petak D7 pada DOC 40 pada nilai 4,14. Pada petak D7 salinitas terendah yakni 20 ppt dan yang tertinggi 25 ppt.
Sementara petak D12 salinitas terendah yakni 19 dan yang tertinggi 21 ppt. Petak D7 nilai tertinggi alkalinitas ada pada DOC 7 yakni 154 ppm, sementara petak D12 mendapat nilai alkali tertinggi pada DOC 35 dan 63 yakni
sebesar 160 ppm.
Kandungan TOM pada petak D7 lebih rendah dibandingkan petak D12
dimana petak D7 memiliki nilai rata-rata 96,9 ppm dan petak D12 memiliki rata- rata sebesar 147,6 ppm.
Kadar ammonium petak D7 lebih tinggi dari pada petak D12. Bahkan nilai tertinggi kadar ammonium petak D7 sebesar 1,079 mg/l.
Petak D7 memiliki kadar NO2 terendah terletak pada DOC 0 – 28 yakni sebesar 0 ppm. Akan tetapi pada pengecekan berikutnya kadar NO2 mengalami kenaikan hingga 0,3 ppm pada DOC 70. Selanjutnya petak D12 memiliki kadar NO2 terendah pada DOC 28 juga, tetapi hal yang serupa juga terjadi dengan petak D12 sampai kadar NO2 tertinggi berada pada DOC 63 yakni sebesar 0,247 ppm.
Petak D7 pada DOC 70 kandungan fosfat dalam air mencapai 1,2 ppm dan petak D12 juga memiliki kandungan fosfat yang semakin tinggi ketika DOC tua. PO4 merupakan sumber nutrisi bagi plankton kondisi ini kurang baik bagi perairan karena dapat menyebabkan blooming plankton.
Monitoring pertumbuhan tambak udang di CV. Lautan Sumber Rejeki dilakukan dengan menggunakan anco. Sampling anco digunakan pada udang DOC 40 yang dilakukan setiap 10 hari sekali sampai dengan panen. dengan pengambilan udang sampling sebanyak 20 – 25 ekor udang kemudian dilakukan penimbanganudang.
Blind feeding atau pakan buta diberikan berdasarkan populasi udang tanpa melihat biomassa udang. Jumlah pakan awal yang diberikan per 100.000 ekor benur di tambak udang CV. Lautan Sumber Rejeki sebanyak 2 kilogram pada DOC 1 – 7 hari. Lalu penambahan pakan 1 kg setiap 2 hari sekali sampai DOC 30 hari. Penentuan pakan harian pasca blind feeding di CV. Lautan Sumber Rejeki dimulai pada umur 30 hingga panen. Dalam menentukan kebutuhan pakan perlu dilakukan pengecekan antara kebutuhan dengan hasil pengecekan anco. Pemberantasan hama ikan dan crustacea (hewan bercangkang keras)
dapat dilakukan dengan menggunakan CuSO4 1 ppm untuk memberantas kerang- kerangan, sementara untuk udang liar dapat menggunakan bestacide 1 ppm. EMS (Early Mortality Syndrome) menyerang pada udang yang berumur 1
– 40 hari sejak tebar. EMS sendiri mengakibatkan udang tidak mau makan sehingga saluran pencernaan dan hepatopankreas kosong. spesies Vibrio spp. penyebab penyakit AHPND pada udang vaname disebut V. parahaemolyticus strain.
White Feces Disease (WFD) disebabkan oleh bakteri Vibrio sp. Penyakit ini menyebabkan permorma pertumbuhan udang menurun sehingga nafsu makan udang ikut menurun.
Parsial 1 petak D7 memiliki size yang lebih kecil sehingga ukuran udang yang diparsial lebih besar dari pada D12. Berat udang yang diparsial pada petak D7 juga lebih besar dibandingkan petak D12, hal ini dikarenakan petak D12 terjangkit WFD sehingga terjadi kematian massal. Pada parsial 2 petak D12 tidak diparsial dikarenakan populasi udang yang sedikit.
Panen total merupakan pemanenan seluruh udang yang ada di kolam dengan cara membuka pintu outlet. Panen total dilakukan karena 2 penyebab yakni karena sudah DOC 90 dan terkena penyakit yang sudah tidak memungkinkan melanjutkan kegiatan budidaya.
Udang yang sudah dipanen dilakukan penyortiran yang dilakukan oleh pengepul untuk memisahkan udang yang bagus dan jelek, udang yang tidak masuk dalam kriteria penjualan seperti, tubuh udang yang keropos, lembek dan berat tidak masuk dalam size yang ditentukan.
Saran yang bisa penulis berikan adalah lebih memperketat biosecurity, menjaga kualitas air selama budidaya udang, dan menambah kolam threatment pembuangan supaya air bekas budidaya layak dan tidak mengakibatkan pencemaran yang berlebih.
Item Type: | Other |
---|---|
Subjects: | S Agriculture > SH Aquaculture. Fisheries. Angling |
Depositing User: | Unnamed user with email admin@poltekkpsidoarjo.ac.id |
Date Deposited: | 13 Aug 2025 01:37 |
Last Modified: | 13 Aug 2025 01:37 |
URI: | https://repository.poltekkpsidoarjo.ac.id/id/eprint/315 |